“PENCEMARAN DAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP”
Pengertian jenis-jenis
pencermaran:
1.Pencemaran Air
Pencemaran
Air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau,sungai,lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
2.Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
3.Pencemaran
Daratan
Pencemaran Daratan atau tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan
tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
1.Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu
kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek
wisata.
Walaupun fenomena alam seperti gunung
berapi, badai, gempa bumi dan-lain juga mengakibatkan perubahan yang
besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai
suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,
lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan
menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak
bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi,
badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi
dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut, danau
maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Indonesia
sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan air
bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai
di lereng pegunungan sekalipun.
Pencemaran air di Indonesia sebagian
besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman,
limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman
mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah
pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik
(kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).
Limbah pertanian mempunyai pengertian
segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan
pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala
bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Asian Development Bank (2008) pernah
menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per
tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya
penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan
tingginya angka kematian bayi.
Dampak lainnya yang tidak kalah
merugikan dari pencemaran air adalah terganggunya lingkungan hidup, ekosistem,
dan keanekaragaman hayati. Air yang tercemar dapat mematikan berbagai
organisme yang hidup di air.
Penyebab
Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandungan nutrien dapat
mengarah pada eutrofikasi.
Sampah organik seperti air comberan (sewage)
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
Industri membuang berbagai macam polutan
ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan
padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan
oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Seperti limbah pabrik yg mengalir ke
sungai seperti di sungai citarum
Eutrofikasi: Fenomena Perubahan Kualitas
Perairan
Danau maupun waduk merupakan salah satu
sumberdaya air tawar yang sangat penting dan memiliki fungsi sosial yang
semakin lama nilai ekonominya semakin meningkat. Pengertian danau dalam
batasan ilmu ekologi adalah habitat lentik atau air tergenang
dan merupakan cekungan yang terjadi secara alami maupun buatan yang
menampung dan menyimpan air hujan, air tanah, mata air atau air sungai.
Perairan tergenang seperti situ, rawa, ranu, telaga dan waduk termasuk dalam
kategori danau yang memiliki berbagai fungsi baik ekologis maupun social,
ekonomi dan budaya yaitu tempat hidupnya keanekaragaman hayati biota air,
sumber air tawar, irigasi, perikanan, pembangkit listrik maupun pengendalian
banjir.
Suatu sistem secara alami akan mengalami
perubahan baik secara lambat maupun cepat. Perubahan yang berlangsung akan
terjadi dengan cepat apabila ada pengaruh masukan dari luar. Perairan danau
sebagai suatu sistem juga mengalami perubahan akan tetapi perubahan yang
terjadi pada ekosistem danau saat ini sangat cepat akibat pengaruh dari
aktivitas yang ada di sekitarnya seperti sedimentasi akibat erosi yang terjadi
pada bagian hulu, pencemaran berbagai polutan yang berasal dari kegiatan
domestik maupun industri, akibatnya danau mengalami penurunan fungsi
Akibat Pencemaran Air
Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan
oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah
hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu
fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya
setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin.Setiap tahun pasti datang.
Banjir, sebenarnya merupakan fenomenakejadian alam “biasa” yang sering terjadi
dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia.Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta
korban besar.
Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan
padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
transportasi angin,air atau es,
karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah
pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,
dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat
cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses
kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Dampak dari erosi adalah
menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan
menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan
meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.
Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya
akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi
kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya
merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil
secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi
yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Amblasnya Jalan RE Martadinata, Jakarta
Utara dikarenakan erosi di lapisan tanah di bawah jalan tersebut.
“Penyebabnya ada gerusan dari air yg ada di bawah (jalan tersebut) dan di
sekitarnya juga ada tanah yang dikeruk. Jadi kombinasi air menggerogoti bagian
bawah jalan,” kata Hermanto yang dihubungi di Jakarta, Kamis (16/9). Dia
mengakui selama ini perbaikan hanya dilakukan di lapisan atas Jalan RE
Martadinata, tanpa memperhatikan kondisi tanah di bawah jalan
tersebut. “Selama ini penanganannya hanya pelapisan atas, dan Jalan RE
Martadinata baru saja dilakukan pelapisan atas. Konstruksi bawahnya itu beton
tapi daya dukungnya berkurang karena air yg menggerogoti,” katanya. Jalan
utama di Jakarta Utara tersebut amblas karena berbagai faktor antara lain usia
jalan yang sudah lebih dari 10 tahun, curah hujan yang tinggi dan jalan
tersebut yang sering tergenang air. “Kombinasi air yang menggerogoti
bagian bahwa jalan sehingga jalan itu turun ke bawah ke arah Sungai Ancol,”
katanya. Untuk saat ini, Kementerian PU segera memasang tiang pancang
untuk memperkuat ruas jalan yang amblas tersebut. “Untuk saat ini, karena
dua dari empat jalur yang ambrol, maka kita sekarang memasang sheet
pile atau tiang pancang untuk memperkuat dan mengoptimalkan dua jalur
sisa. Itu kita pasang sekarang karena alat-alatnya sudah ada,” katanya.
Hermanto menambahkan pemasangan tiang pancang tersebut bersifat sementara
karena pembangunan kembali ruas jalan yang amblas tersebut akan dilakukan tahun
depan. Ruas Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sepanjang
100 meter dan lebar enam meter, amblas ke dalam muara, Kamis. Peninggian jalan
yang baru selesai H-7 lebaran tersebut, sekitar pukul 03.00 WIB ambruk ke dalam
muara yang berada tepat di depan navigasi KPLP (Kesatuan Penjagaan Laut
dan Pantai).
Penyebab
Pencemaran
air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
·
Sampah organik seperti air comberan
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
·
Industri membuang berbagai macam polutan
ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama
yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
·
Seperti limbah pabrik yg mengalir ke
sungai seperti di Sungai Citarum
·
Pencemaran air oleh sampah
·
Penggunaan bahan peledak untuk menangkap
ikan
Akibat
·
Dapat menyebabkan banjir
·
Erosi
·
Kekurangan sumber air
·
Dapat membuat sumber penyakit
·
Tanah Longsor
·
Dapat merusak Ekosistem sungai
·
Kerugian untuk Nelayan
Pencemaran udara adalah
kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam
jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami
maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global.
Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan
manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.
Sumber polusi udara
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan
langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah
sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran.
Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi
udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global yg
memengaruhi;
Kegiatan manusia
·
Transportasi
·
Industri
·
Pembangkit listrik
·
Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar) termasuk pembakaran
biomassa secara tradisional[2][3]
Sumber alami
·
Dalam kondisi tertentu, vegetasi dapat menghasilkan senyawa organik volatil yang signifikan
yang mampu bereaksi dengan polutan antropogenik membentuk polutan sekunder[4]
Sumber-sumber lain
·
Transportasi
·
Kebocoran tangki gas
·
Uap pelarut organik
Jenis-jenis bahan pencemar udara (polutan)
·
CFC
Dampak
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernapasan.
Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari
paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi
saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Diperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan
dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja
efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan
meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah pada tahun 2015.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan asam
pH biasa
air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2
dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan.
Dampak dari hujan asam ini
antara lain:
·
Mempengaruhi kualitas air permukaan
·
Merusak tanaman
·
Melarutkan logam-logam berat yang
terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
·
Bersifat korosif sehingga merusak
material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan
oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang
menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya
panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
·
Peningkatan suhu rata-rata bumi
·
Pencairan es di kutub
·
Perubahan iklim regional dan global
·
Perubahan siklus hidup flora dan
fauna
Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang
berada di stratosfer (ketinggian
20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B
dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi
secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Pencemaran daratan
atau tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah
dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu
air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
Paparan kronis (terus-menerus)
terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia.
Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan,
jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Kromium,
berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan
bahan karsinogenik untuk
semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi. Kuri (air
raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang
perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat
beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing,
letih, iritasi mata dan
ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada
dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1].
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan,
yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari
rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada
makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada
saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman
tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini
memiliki waktu paruh yang
panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari
bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah
proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,
bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai
bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat
berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan
langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan
berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi
lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar